Ibu Tjutju Widjaja Lulus Program Doktor Ilmu Seni Rupa dan Desain ITB pada usia 79 Tahun
Ibu Tjutju Widjadja, atau biasa disapa Ibu Tjutju menyelesaikan program sarjana di Fakultas Seni Rupa dan Desain sebuah PTS di Bandung. Kemudian melanjutkan Program Magister Seni Rupa di Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB, Bandung pada tahun 2008 atau tepat ketika berusia 67 tahun, dan lulus dua tahun kemudian pada tahun 2010. Keinginan kuat untuk terus belajar dan berkarya, juga Ingin lebih dalam mempelajari kebudayaan Tonghoa-Indonesia, dan mengekspresikannya dalam bentuk karya seni dengan harapan dapat berkontribusi dan bermanfaat bagi publik Indonesia, dibuktikannya dengan mengikuti Program Doktor di tahun 2017 pada usia 76 tahun.
Beruntung pekerjaan dan perkuliahan berada dalam bidang yang sama, yaitu seputar praktik dan wawasan kebudayaan Tionghoa-Indonesia. Oleh karenanya antara pekerjaan dan perkuliahan dapat saling mendukung, hal ini yang kemudian memudahkan Ibu Tjutju dalam membagi waktu antara kuliah dan kerja.
Usia senja bukan halangan bagi Ibu Tjutju menyelesaikan Program Doktor. Disertasi berjudul “Representasi Feminisme Kelenteng Perempuan dan Zhai Ji di Bandung”, mengenai Kelenteng Perempuan dan Zhai Ji yang merupakan salah satu bentuk kebudayaan asli Tionghoa yang telah lama menjadi bagian dari Indonesia. Kelenteng Perempuan dan Zhai Ji lahir berkat perjuangan kaum perempuan yang mengalami beragam penindasan. Riset yang Ibu Tjutju lakukan dalam lingkup seni rupa, dan hasil akhirnya adalah sebuah karya seni. Ibu Tjutju sangat terkesan mengenai beragam temuan baru dalam proses risetnya, karena literatur dan riset mengenai hal tersebut sangat sulit ditemukan di Indonesia.
Kesuksesan yang diraih Ibu Tjutju tak lepas dari keberhasilannya dalam menghadapi hambatan. Salah satu hambatan terbesar adalah minimnya literatur mengenai topik disertasinya. Oleh karenanya tidak cukup hanya sekedar studi literatur, Ibu Tjutju harus melakukan observasi langsung, dan tidak semua Kelenteng Perempuan terbuka kepada publik pada umumnya, mereka merupakan institusi agama yang harus terpaku pada beberapa aturan yang kadang menjadi sedikit hambatan dalam proses riset. Namun semua terbayarkan dengan keberhasilan Ibu Tjutju dalam menulis dan berhasil di publikasikan dalam jurnal internasional (copernicus).
Belajar, bekerja sekaligus menggeluti hobi dalam satu bidang yaitu seni kaligrafi, tentu saja menjadi hal yang menyenangkan bagi Ibu Tjutju. Tak lepas dia bersyukur memiliki promotor, pembimbing yang baik dan cukup sabar atas segala kekurangannya, dan juga teman-teman kuliah seangkatan yang sangat mendukung dan menyenangkan.
Pandemi Covid-19 yang masih berlangsung bukan penghalang bagi Ibu Tjutju menyelesaikan studinya. Namun, semakin menuntut Ibu Tjutju memiliki pemahaman dalam hal penggunaan teknologi. Melalui Sidang Terbuka Daring yang berhasil dilaksanakan pada hari Kamis, 10 Desember 2020, Ibu Tjutju resmi meraih gelar Doktor pada usia 79 tahun.
Ibu Tjutju pemilik moto jangan pernah berhenti belajar, berhasil membuktikan bahwa usia senja bukan penghalang dalam menuntut ilmu, dan sejatinya hidup adalah proses dimana kita terus belajar tanpa ada batas umur tanpa ada kata tua.
Penulis : Ani Hamidah
Saat melaksanakan Sidang Terbuka Secara Online
Pameran Seni Kaligrafi China & Chinese Painting Indonesia-China, 2013
Pameran Tunggal Tjutju Widjaja: “Parhessia”, Pullmann Central Park-Indonesia, 2017
(Pameran Tunggal Tjutju Widjaja: Hear No Evil, See No Evil, Galeri Cemara-Indonesia, 2016)
(Pertandingan Persahabatan Xian Qi, YDSP, Bandung 2016)
Bersama teman-teman Program Doktor Angkatan 2017
(Demo Kaligrafi , Bandung, 2013)