Putri Kabupaten Kerinci serta Peserta Program PMDSU Sukses Lulus Program Doktor Fisika FMIPA ITB
Mona Berlian Sari atau biasa disapa Mona sangat menyukai Fisika. Program Studi Fisika diambil saat kuliah di Universitas Negeri Padang. Kemudian Mona melanjutkan studi Program Magister dan Doktor Fisika FMIPA ITB. Mona yang bercita-cita menjadi dosen di perguruan tinggi, sempat merasa gagal. Kegagalannya apply salah satu beasiswa, karena syarat TOEFL yang tidak terpenuhi tidak membuatnya patah semangat. Akhirnya Mona berjodoh dengan Program Magister Menuju Doktor Sarjana Unggul (PMDSU). Program Magister dan Doktor Fisika berhasil diselesaikannya dalam kurun waktu 5,5 tahun. Beruntung melalui PMDSU Mona dapat mengembangkan dan meningkatkan kualitas diri untuk menjadi lebih baik dalam hal akademik.
Berhasil lulus Program Magister dan Doktor dengan sukses, bukanlah perkara mudah dalam mendapatkannya. Weekday dihabiskannya untuk belajar dan penelitian, mulai jam 9.30 pagi sampai jam 01.00 dini hari. Namun, waktu belajar paling efektif Mona dimulai sejak setelah selesai makan siang sampai pukul 23.00. Diwaktu tersebut digunakan untuk mengerjakan tugas-tugas yang perlu konsentrasi penuh dan fokus. Pada pagi, mengerjakan tugas yang lebih ringan seperti membuat slide, laporan, membaca paper. Weekend dihabiskannya untuk keperluan pribadi dan menikmati dan belajar di Coffee Shop, yang kebetulan di Korea, menjamur study café, dengan suasana cozy dan affordable.
Mona berhasil mempertahankan disertasi pada Sidang Terbuka yang dilaksanakan pada tanggal 13 April 2021 dan mendapatkan Yudisium Cum Laude. Penelitian yang telah dilaksanakannya membahas tentang pemodelan background alpha pada detektor AMoRE, yang digunakan untuk Neutrinoless double-beta decay search pada isotope 100Mo, mulai dari design detektornya di GEANT4, simulasi background energy spectrum di GEANT4 (based on Monte Carlo method) dan dibandingin sama data pengukuran dengan Likelihood Fitting Method. Neutrinoless double-beta decay search ini mengarah ke pencarian nilai absolut massa neutrino.
Ada kesan tersendiri selama penelitian, bergabung dan bekerja dengan para experts di AMoRE Collaboration, yang terdiri dari 8 negara, 24 institusi, dan sekitar 107 orang peneliti, dan juga dapat ikut monitoring detektor di laboratorium bawah tanah (tepatnya di Yangyang Underground Laboratory atau Y2L sekitar 700 m dibawah tanah juga lab baru CUP IBS, di Yemilab sekitar 1100 m dibawah tanah). Mona sempat mengira bahwa berada di underground akan mendapatkan suasana yang menyeramkan , gelap gulita, dapat sesak nafas. Perkiraannya meleset, ternyata setelah mengunjungi langsung seperti laboratorium biasa di surface.
Banyak kendala yang telah dilalui Mona saat penelitian. Mulai dari Install software GEANT4 yang membutuhkan waktu sampai 2 bulan, sampai akhirnya berhasil. Mona mempelajari semuanya dengan otodidak karena tidak banyak yang menggunakan software GEANT4, sehingga sedikit tempat bertanya. Latar belakang Mona yang berasal dari Fisika Instrumentasi, menjadi ke design dan simulasi instrumen detektor untuk bidang high energy & particle physics, adalah tantangan yang berhasil dilalui Mona pada akhirnya. Belajar dengan keras dan fokus serta pantang menyerah adalah kunci keberhasilannya.
Mona sempat mengalami Culture Shock. Atmosfer penelitian di Korea yang harus cepat, perfeksionis dan mengharuskan memiliki mental yang kuat. Bersyukur, semua dapat diatasi dengan banyak diskusi dengan temen dan post docs sangat membantu Mona. Hal lain yang dirasakannya, tuntutan yang tinggi dalam kolaborasi dan penelitian yang besar seperti AMoRE, sedangkan Mona masih terbilang sebagai pendatang baru. Namun Mona yakin, bahwa memiliki masalah dalam hidup dan penelitian adalah sesuatu yang normal, life is never easy. Setiap masalah itu ternyata bisa membuat Mona menjadi semakin kuat.
Mona sedikit bercerita mengenai menulis jurnal. Pertama kali menulis jurnal, dilaluinya dengan penolakan beberapa kali oleh journal/publisher. Tetap semangat, terus memperbaiki kualitas tulisan akhirnya dapat berbuah manis, dengan tulisannya yang dapat published.
Kebijakan ITB terkait sidang tertutup dan sidang terbuka online selama masa pandemi menjadi kemudahan bagi Mona yang sedang berada di luar negeri. Untuk kembali ke Indonesia, cukup tricky persyaratan dan prosedur yang harus ditempuh sampai mendapatkan izin terbang. Kalau dihitung, mungkin minimal 5 sampai 6 kali Mona harus melalukan tes swab sampai tiba di Indonesia. Ditambah lagi Korea sempat menutup pintu masuk kedatangan di Bandara Incheon selama pandemi Covid-19. Sehingga jika Mona sudah kembali ke Indonesia, akan sulit untuk re-entry kembali ke Korea.
Penyuka masak dan travelling ini, sejak Juli 2017 terdaftar sebagai non-permanent researcher di Center for Underground Physics (CUP), Institute for Basic Science (IBS), Daejeon, Korea Selatan. Bukan tidak ingin Mona kembali ke tanah air, namun belum mendapatkan home base di Indonesia yang menjadi alasannya belum kembali ke Indonesia.
Untuk Mona, ITB adalah tempat bertumbuh, mengubah diri tidak hanya dalam hal akademik, soal dedikasi dan totalitas dalam meraih tiap asa tanpa pernah berfikir untuk menyerah. ITB mengajarkan, setiap detil perjuangan, pengorbanan waktu, tenaga dan fikiran, tidak lain agar kelak mampu menjalankan peran sebaik-baiknya ditengah masyarakat umum, menebarkan manfaat bagi bangsa dan tanah air, tentu saja demi meraih keberkahan dariNya.
Ada hal menarik yang dapat diambil dari kisah Mona. Apapun yang terjadi, sesulit apapun itu adalah yang terbaik yang telah diberikanNya. Tugas Manusia adalah menjadi versi terbaik dan mempersembahkan yang terbaik yang bisa diberikan. Do the best, let God do the rest.
Penulis : Ani Hamidah
Saat Presentasi di Sidang Terbuka Program Doktor
Berfoto bersama Ketua Sidang, Dekanat SPs, Pembimbing dan Penguji Sidang Terbuka
AMoRE Collaboration Meeting, January 2018
Yangyang Underground Laboratory (Y2L), Yangyang, Korea Selatan
Bersama pembimbing, Prof. Dr. -Ing Mitra Djamal dan Keluarga, Prof. Dr. Hong Joo Kim, serta kolega satu lab. (Korea, Winter, 2019).
Asosiasi Peneliti Indonesia di Korea (APIK) bersama Dubes RI-Seoul Umar Hadi.
(Desember, 2019).
International Food Festival, Daejeon, Fall 2018
Tampak Depan Headquarter Institute for Basic Science (IBS), Daejeon, Korea Selatan
Musim Dingin di Korea Desember 2020